
Rektor
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan Rai melihat seni gambang
yang keberadaannya terancam punah di Bali memiliki keunikan dan kekhasan.
"Keunikan itu
mampu memberikan warna tersendiri di tengah-tengah keberagaman warisan seni
budaya Pulau Dewata," katanya di Denpasar, Senin.
Mengomentari buku
berjudul "Gambang, Cikap Bakal Karawitan Bali" karya I Wayan Sinti,
Rai mengatakan, gambang merupakan sebuah gamelan klasik Bali yang memiliki
perjalanan sejarah cukup panjang di tengah perubahan dan perkembangan yang
sangat pesat.
Jenis kesenian
gambang sesuai kepercayaan masyarakat Bali berfungsi sesuai dengan konsep
"Desa Mawa Cara" dan "Desa Kala Patra", yakni tempat,
waktu, dan keadaan.
Sosok Wayan Sinti
sebagai "dedengkot" kerawitan Bali yang dikenal secara meluas hingga
mancanegara.
Hal itu berkat
kemampuannya dalam bidang seni kerawitan, komposer handal dan telah mempu
menghasilkan karya-karya yang monomental.
Lewat buku yang
diluncurkannya itu diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap usaha pemahaman
dan pendalaman tentang kesenian gambang di kalangan anak-anak muda di Pulau
Dewata, harap Prof Rai.
Wayan Sinti (69)
kelahiran Banjar Dauh Kutuh, Desa Ubung Kaja, Kota Denpasar, meluncurkan
buku tentang gambang setebal 160 halaman yang dilengkapi dengan DVD dan CD
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam mempelajari jenis kesenian
tersebut.
Karya-karya lainnya
yang bisa dinikmati masyarakat luas hingga ke tingkat internasional antara lain
Gegitaan Wilet Mayura (1982) dan Lelambatan Tabuh Empat Lokakarya (1993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar