Sabtu, 14 April 2012

keunikan seni gambang






Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan Rai melihat seni gambang yang keberadaannya terancam punah di Bali memiliki keunikan dan kekhasan.
"Keunikan itu mampu memberikan warna tersendiri di tengah-tengah keberagaman warisan seni budaya Pulau Dewata," katanya di Denpasar, Senin.
Mengomentari buku berjudul "Gambang, Cikap Bakal Karawitan Bali" karya I Wayan Sinti, Rai mengatakan, gambang merupakan sebuah gamelan klasik Bali yang memiliki perjalanan sejarah cukup panjang di tengah perubahan dan perkembangan yang sangat pesat.
Jenis kesenian gambang sesuai kepercayaan masyarakat Bali berfungsi sesuai dengan konsep "Desa Mawa Cara" dan "Desa Kala Patra", yakni tempat, waktu, dan keadaan.
Sosok Wayan Sinti sebagai "dedengkot" kerawitan Bali yang dikenal secara meluas hingga mancanegara.
Hal itu berkat kemampuannya dalam bidang seni kerawitan, komposer handal dan telah mempu menghasilkan karya-karya yang monomental.
Lewat buku yang diluncurkannya itu diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap usaha pemahaman dan pendalaman tentang kesenian gambang di kalangan anak-anak muda di Pulau Dewata, harap Prof Rai.
Wayan Sinti (69) kelahiran Banjar Dauh Kutuh, Desa Ubung Kaja,  Kota Denpasar, meluncurkan buku tentang gambang setebal 160 halaman yang dilengkapi dengan DVD dan CD untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam mempelajari jenis kesenian tersebut.
Karya-karya lainnya yang bisa dinikmati masyarakat luas hingga ke tingkat internasional antara lain Gegitaan  Wilet Mayura (1982) dan Lelambatan Tabuh Empat Lokakarya (1993).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar